Di hari Sabtu yang cerah ini tiba-tiba saja terpikirkan untuk menulis tentang apa yang kemarin saya lihat di TV. Tau lah semuanya, tentang Royal Wedding yang dimana-mana menjadi berita utama. Ya, sebagai pengamat harus up to date dong. Hehehe.. Jadi tidak ketinggalan untuk ikut serta mantengin TV dari sekitar jam 4 sore sampai 7 malam. Haha.. (ga terus-terusan lah, bisa gegar mata saya nonton TV selama itu).
Ada hal yang menarik di sana, ketika bangsawan atau orang-orang berdarah biru melaksanakan ritual seperti pernikahan sangat apik dan tertata dimulai dari rencana sampai segala hal mendetail untuk perhelatan itu. Tidak sedikit jumlah uang yang harus dikeluarkan. Iya lah masa bangsawan yang nota bene memiliki pamor kuat dengan menjadi pemegang tampuk kekuasaan negara-negara persemakmuran (sebagian negara persemakmurannya juga sudak kaya raya, Kanada-Australia) tidak mengadakan perayaan seagung itu? Katanya seperti dilansir Daily Mail biaya pernikahan William-Kate paling mahal dalam sejarah Inggris, menghabiskan 20 juta poundsterling (Rp284,99 miliar). Sedangkan Globe and Mail malah memprediksi biaya yang harus dikeluarkan untuk pernikahan itu mencapai USD78 juta (Rp673,14 miliar). Fantastik bukan???
Untuk perhelatan yang terlaksana kurang dari 6 jam menghabiskan biaya sebegitu besar. Mungkin itu hal biasa untuk mereka. Namun, bagi kami, kita, orang-orang yang megang uang Rp. 100.000 saja sudah sangat bahagia. Dan biaya pernikahan itu menurut kita sungguh luar biasa nominalnya. Ajib lah (menghela nafas dulu, hehehe..)
Setelah melihat liputan Royal Wedding, tak sengaja beralih ke stasiun TV yang lain. Acara reality show yang menampilkan kisah seorang wanita mencoba tinggal di rumah orang yang serba kekurangan. Ini memang reality show yang mengeksplor kemiskinan, kadang suka ga kuat melihatnya. Sedih dan miris, kemiskinan menjadi kisah dan cerita. Tapi ada baiknya juga. Menjadi pelajaran bagi kita bahwa di luar sana ada loh orang-orang yang sungguh-sunggu kekurangan. Jangan sampai kita menutup mata, menutup telinga, atau menutup hati. Jangan sampai! Acara Jika Aku Menjadi di Trans TV edisi tanggal 29 April 2011. Mungkin kawan-kawan yang melihat tahu kisahnya. Sepasang suami istri yang melestarikan kesenian di daerah Karawang. Mereka pernah mendapatkan penghargaan dari Bupati Karawang pada tahun 1983. Tapi penghargaan dan piagam itu hanyalah sebuah cerita lalu. Teronggok begitu saja tanpa ada perhatian lebih lanjut dari pemerintah untuk mereka.
Perbandingan melihat acara Royal Wedding dengan acara Jika Aku Menjadii tu sangat jauh berbeda, bagaikan bumi dan langit jauhnya. Di sini saya mendapat makna yang mendalam. Di saat orang-orang "bangsawan" hingar bingar merayakan suatu acara dengan menghabiskan berlimpah ruah pondsterling, sedangkan di sini, dekat kita, di Indonesia ada yang menangis saat diberi sekarung beras. Mereka bahagia hanya diberi beras, mie instan atau peralatan rumah tangga alakadar lainnya. Dan sangat mengucap syukur saat diberi emas yang karat dan gramnya pun hanya seberapa. Rumahnya saja tidak layak untuk dihuni oleh sepasang kakek nenek yang sedang sakit, tapi mereka masih bertahan hidup ditengah himpitan ekonomi dan derasnya arus glamorisme. Bukan ingin mereka untuk menjadi miskin, bukan ingin mereka untuk menjadi serba kekurangan. Yang dibutuhkan adalah saling perhatian dari sesama.
Oh betapa bedanya kehidupan ini, kawan. Kadang suka berpikir "Kenapa hidup serba mahal sedangkan Allah SWT memberikan kita kehidupan dan segala isinya GRATIS?"
Dilematis bukan? Membuat saya tidak habis pikir dan meneteskan air mata.
Tapi ayo kawan bersemangat lagi untuk memantaskan diri sebagai insan yang bahagia dan bersyukur pada Sang Pencipta
Ada hal yang menarik di sana, ketika bangsawan atau orang-orang berdarah biru melaksanakan ritual seperti pernikahan sangat apik dan tertata dimulai dari rencana sampai segala hal mendetail untuk perhelatan itu. Tidak sedikit jumlah uang yang harus dikeluarkan. Iya lah masa bangsawan yang nota bene memiliki pamor kuat dengan menjadi pemegang tampuk kekuasaan negara-negara persemakmuran (sebagian negara persemakmurannya juga sudak kaya raya, Kanada-Australia) tidak mengadakan perayaan seagung itu? Katanya seperti dilansir Daily Mail biaya pernikahan William-Kate paling mahal dalam sejarah Inggris, menghabiskan 20 juta poundsterling (Rp284,99 miliar). Sedangkan Globe and Mail malah memprediksi biaya yang harus dikeluarkan untuk pernikahan itu mencapai USD78 juta (Rp673,14 miliar). Fantastik bukan???
Untuk perhelatan yang terlaksana kurang dari 6 jam menghabiskan biaya sebegitu besar. Mungkin itu hal biasa untuk mereka. Namun, bagi kami, kita, orang-orang yang megang uang Rp. 100.000 saja sudah sangat bahagia. Dan biaya pernikahan itu menurut kita sungguh luar biasa nominalnya. Ajib lah (menghela nafas dulu, hehehe..)
Setelah melihat liputan Royal Wedding, tak sengaja beralih ke stasiun TV yang lain. Acara reality show yang menampilkan kisah seorang wanita mencoba tinggal di rumah orang yang serba kekurangan. Ini memang reality show yang mengeksplor kemiskinan, kadang suka ga kuat melihatnya. Sedih dan miris, kemiskinan menjadi kisah dan cerita. Tapi ada baiknya juga. Menjadi pelajaran bagi kita bahwa di luar sana ada loh orang-orang yang sungguh-sunggu kekurangan. Jangan sampai kita menutup mata, menutup telinga, atau menutup hati. Jangan sampai! Acara Jika Aku Menjadi di Trans TV edisi tanggal 29 April 2011. Mungkin kawan-kawan yang melihat tahu kisahnya. Sepasang suami istri yang melestarikan kesenian di daerah Karawang. Mereka pernah mendapatkan penghargaan dari Bupati Karawang pada tahun 1983. Tapi penghargaan dan piagam itu hanyalah sebuah cerita lalu. Teronggok begitu saja tanpa ada perhatian lebih lanjut dari pemerintah untuk mereka.
Perbandingan melihat acara Royal Wedding dengan acara Jika Aku Menjadii tu sangat jauh berbeda, bagaikan bumi dan langit jauhnya. Di sini saya mendapat makna yang mendalam. Di saat orang-orang "bangsawan" hingar bingar merayakan suatu acara dengan menghabiskan berlimpah ruah pondsterling, sedangkan di sini, dekat kita, di Indonesia ada yang menangis saat diberi sekarung beras. Mereka bahagia hanya diberi beras, mie instan atau peralatan rumah tangga alakadar lainnya. Dan sangat mengucap syukur saat diberi emas yang karat dan gramnya pun hanya seberapa. Rumahnya saja tidak layak untuk dihuni oleh sepasang kakek nenek yang sedang sakit, tapi mereka masih bertahan hidup ditengah himpitan ekonomi dan derasnya arus glamorisme. Bukan ingin mereka untuk menjadi miskin, bukan ingin mereka untuk menjadi serba kekurangan. Yang dibutuhkan adalah saling perhatian dari sesama.
Oh betapa bedanya kehidupan ini, kawan. Kadang suka berpikir "Kenapa hidup serba mahal sedangkan Allah SWT memberikan kita kehidupan dan segala isinya GRATIS?"
Dilematis bukan? Membuat saya tidak habis pikir dan meneteskan air mata.
Tapi ayo kawan bersemangat lagi untuk memantaskan diri sebagai insan yang bahagia dan bersyukur pada Sang Pencipta
mba irma ane dah komen and follow
BalasHapusmana nih ditunggu follow baliknya ok kah
baru nemu linknya, sudah saya follow.
BalasHapusterima kasih.
Wuihihihi.. Royal wedding, cuma acara kawinan aja bikin gempar seluruh jagad, mana ga ngasih udangan ke kita lagi..
BalasHapusMau gimana lagi donk, namanya aja anak raja yg nikahan, mungkin kalo kita yg nikah.. nanggep orkes dangdut aja dananya masih kurang..
Nice post, dua jempol nih..
wkwkw iya ya mbak sejuta aje dah girang apalagi ratusan miliar bisa traktir2 everyday (makan pempek dkt rumah cuma 1000 klo 1m bisa traktir juta org wkwkw)
BalasHapusassalam.kenapa semua orang kaya harus menikah dengan cara mewah? apakah mereka ingin memamerkan kekayaanya?
BalasHapussungguh aneh dunia ini?
klo tdk kbratan follow balik yah :)
@Pejuang: hehe.. iya Royal Wedding yang membuat seluruh stasiun TV Indonesia dihari-hari menjelang perhelatannya ikut-ikutan heboh dan lagi-lagi berita itu. kyk di negeri dongeng nikahannya, jd hrs fantastis biayanya jg. makasi buat jempolnya :)
BalasHapus@Joni-Joni-Joni: hahaha.. sekalian aja beli krupuk berton-ton buat dibagi2 ke orang sekampung. hehe.. megang uangnya aja msh grogi klo nilainya segitu banyak.
@fhatryfriends.blogspot.com: wa'alaikumsalam.. krn itu sudah tradisi mereka, dan menurut mereka "prestige" itu sangat penting, jd "kemegahannya" hrs sebanding dg nominal yg dikeluarkan. sudah di follow :)