Santolo; Ombak dan Kami





Tanggal 25 September kemarin, kami melakukan petualangan lagi. Menuju Santolo, Garut. Sebenarnya rencana ini sudah menjadi wacana kami dari dulu. Namun baru terealisasi sekarang. Dengan kekuatan bulan kami melancarkan niatan ini dan sukses! Setelah mendapat izin dari juragan pameget juga sih. Alhamdulillah ternyata ayah mengizinkan saya pergi jauh tanpa ada tujuan rumah singgah. Tidak seperti tragedi pemboikotan saat akan ke Pangandaran. Saya kan sudah bukan kanak-kanak lagi ya kan? Hehehe..

Dengan menyewa mobil seharga Rp. 275.000/24 jam karena jika menggunakan kendaraan umum akan sangat sulit dan membutuhkan pengeluaran yang ekstra pula. Maka kami memutuskan untuk menyewa mobil Xenia dari sebuah rental. Sebenernya bisa sih minjam mobil babeh juragan tapi pasti akan sangat rewel, secara mobil kesayangan. Hehehe..

Kami -saya, Dini, F, Gie, Leo, Fasih dan Aga- berkumpul di Jatinangor dan berangkat pukul 11.00 WIB, dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 5 jam menuju Santolo jadi kami pastikan pukul 16.00 WIB di sana. Dengan formasi Bung Fasih sebagai supir beserta istri (Gie) di samping kemudian di bangku tengah ada Aga beserta istri (Dini) dan nyelepet F sebagai obat nyamuk (hampura ah..) serta di dapur alias bangku belakang ada Irma dan Leo. Bismillahirrahmanirrahiim.. Meluncurlah kami ber-7 dengan riang gembira. Tralala trilili..



Perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan ternyata terbalas dengan suguhan pemandangan di sepanjang jalan menuju Santolo. Di mulai dari kebun teh, tebing, jurang. hutan yang masih perawan dan sawah-sawah. Seram sih, tapi sangat memuaskan mata. Jadi teringat jalan menuju Ciwidey atau Puncak. Kebun teh selalu memukau mata saya, karena menurut saya kebun teh adalah tempat yang romantis dan segar.

Setelah menempuh perjalanan selama 5 jam sesuai perkiraan, kami pun tiba di Santolo. Dan hujan pun langsung menyambut. Langit hitam memeluk tanpa sinar, dan ia pun menangis. Gagal sudah rencana awal, yaitu main sepuasnya sore-sore di pantai dan bermalam di mobil atau gelar tenda di pinggir pantai. Karena hujan ini menyeruak. Tapi tidak lama sih jadi masih bisa sekedar berfoto ria saat suasana pantai sore hari.

Karena kondisi tidak memungkinkan untuk tidur di jalanan maka kami pun memutuskan mencari penginapan. Ya penginapan ala kadarnya aja, asal jangan yang remang-remang sih. Hehehe.. Satu kamar kami dapatkan seharga Rp. 50.000 saja. Hatur lumayan masih bisa tidur meskipun kamar mandinya engga banget! Di bawah tanah dan sangat takut diintip. Hoho..

Subuh dini hari sudah ramai ternyata. Banyak yang ingin menyaksikan sunrise. Tapi ternyata sunrise-nya tidak berada tepat diatas laut, karena ternyata berada dikebalikan jika kita menghadap pantai. Langsung saja kami menyerbu pantai dan bermain pasir tentunya. Pasirnya agak putih dan sangat halus. Karena pantainya tidak terlalu padat jadi enak aja maennya. Dan sangat romantis terasa, memandang pantai beratapkan langit biru, dan udaranya tidak terlalu gerah karena masih pagi. So sweet, but I'm feel so lonely. I don't know why ;(

Setelah puas main pasir dan berkejar-kejaran dengan ombak, kami pun mencoba beranjak ke Pulau Santolo. Naik perahu yang jaraknya hanya beberapa meter. Kami tawar ke bapak Eman (salah satu tukang perahu, bukan babeh gue!) ongkos bolak baliknya Rp. 3000/orang dan tawar menawar pun deal. Ternyata di Pulau Santolo itu pantainya lebih enak, jernih, tenang, dan ombaknya jauh serta terlihat terumbu-terumbu karang. Kami pun langsung mencari-cari karang dan kerang. Indah banget pantainya, sungguh-sungguh indah dan romantis. Andaikan.. Hehe.. Sudah tidak pikir panjang lagi, baju penuh pasir dan sangat asin!

Sebelum pulang santap seafood dulu lah. Kakap merah bakar. Nyaaaaam.. Satu kilogram itu seharga Rp. 70.000 tapi cukup buat makan 5 orang loh. Wooooow, lumayan lah. Hehehe.. Irit, hemat dan jangan sampai tekor. Nanti ga bisa pulang k rumah klo ga ada uang lagi. Kan ceritanya petualangan murah meriah. Motto ranger mah emang gitu da. Iya kan barudak, iya kan dak!

Perjalanan pulang teramat lancar. Meskipun terjebak hujan lebat, dan kabut di daerah kebun teh. Tapi karena sang supirnya lihai dan lumayan kosong jalanannya jadi lancaaaaaaaaaar sampai Garut kota. Ga lengkap klo jalan2 ga beli oleh2 kan? Jadi mari kita mampir dulu k tempat oleh2. Beli krupuk kulit dan chocodot (coklat berisi dodol, enaaaaak).

Sampai Nagrek sangat lancar, tapi di Cicalengka macet parah, total dan bikin gegar otak. Eh ternyata oh ternyata ada banjir. Alhasil kami terjebak selama 3 jam di sana. Dan berputarlah lewat jalan Parakan Muncang. Jauh sih, tapi apa daya sudah terlanjur. Dari pada kena denda sewa mobil, tapi pada akhirnya kena denda juga sih. Dan di Parakan Muncang pun kena macet juga. Aduh bapak ibu makin we keram pantatnya. So, nyampe rumah jam 12 malam, padahal mah pulang dari Garut teh jam setengah 3. Wooooooooooooooooooow.. 8 jam setengah! Mendingan labas ka Jepang da. Hehehe..

2 komentar:

  1. hueheu... liburan di sontoloyo :D (eh salah santolo :D)

    wah manatp ia liburannya :D

    BalasHapus
  2. iya dong mantap pisan..
    pantai yang lumayan enakeun buat menenangkan diri :D

    BalasHapus

Hai kawan-kawan, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan berkomentar di pendopo langit ini ^_^


up