Bapak saya bukan Jendral, bukan Pejabat, bukan salah satu orang penting yang ada di Indonesia. Bapak saya guru, yang dulu lahir di kampung bernama desa Cikakak, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Desa pelosok, mayoritas pekerjaannya adalah buruh di perkebunan karet milik Belanda (jaman dulu masih ada Belanda loh). Tapi sayangnya saya bangga banget punya bapak model kayak gini meskipun dari kampung. Bangga dan sayang. Hehe..
Saya belajar tentang ketangguhan dan tekad dari bapak. Belajar untuk berjuang di kehidupan yang keras ini juga dari bapak. Belajar menaruh mimpi dan harapan setinggi mungkin juga dari bapak. Belajar berusaha menjadi yang terbaik dan mendekati sempurna, namun memang yang terbaik itu hanya sebuah ungkapan kata, karena pada akhirnya yang terbaik itu adalah milik Yang Esa, Allah SWT. Tapi juga, tidak ada salahnya berusaha dan memotivasi diri untuk melukis yang terbaik, yang penting kan usahanya :)
Bapak saya keras dalam mendidik anak, frontal dalam berpendapat dan sangat menyakitkan jika disindir oleh beliau. Tapi dari sana saya pun belajar mengenai ketangguhan hati.
Bapak saya, orang kampung yang dulu klo bersekolah itu jalan kaki puluhan kilometer melewati sungai bersama 3 orang temannya. Bayangkan anak SD, klo jaman sekarang mana mau mereka spt itu, kecuali di kampung-kampung pelosok memang masih ada yang spt itu juga. Beruntunglah wahai anak-anak yang telah merasakan nikmat dan mudahnya sekolah. Dan pada masa itu beliau sudah bekerja di perkebunan karet pada umur 7 tahun. Bukan Baim, bukan Joshua, bukan Marshanda yang bekerja di usia muda tapi bergelimang harta. Bukan..
Tapi bapak punya tekad dan cita-cita ingin bersekolah tinggi. Suatu ketika, kata beliau, pernah bilang ke Emak (nenek si guah, dan ibunya bapak guah. hehe..) "Mak, De mah hayang sakola teh nepi nu luhur", Ema pun hanya bilang "Enya, ku Ema didungakeun sing luhur sakola na, heug rek dimana ge". Ternyata doa itu diijabah oleh Allah SWT, sampai akhirnya bapak saya bisa kuliah di Bandung, bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi. Dan perjuangan untuk pergi dari Pelabuhan Ratu ke Bandung itu tidak mudah. Tapi dengan tekad, niat dan doa orang tua apalagi doa seorang ibu itu sangat manjur dan mantap menjadi pintu gerbang kesuksesan dunia dan akhirat. Aaamiiin.. Semoga saja :)
Oiya, kata Bapak saya, cerita Laskar Pelangi itu hanya sebagian kecil seperti penggalan hidupnya saat kecil :')
Beruntungnya saya memiliki Bapak hebat seperti beliau. Apakah kalian juga sangat bangga terhadap bapak kalian? Saya harap demikian..
0 ungkapan kawan:
Posting Komentar
Hai kawan-kawan, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan berkomentar di pendopo langit ini ^_^