Ketika Keadaan Menuntutku Untuk Membenci

Ada hal yang terus mengganjal di hati. Pedih, perih dan bagai karat di besi yang perlahan-lahan menggerus keteguhan diri. Ah, aku lelah mengurusi kelam hati ini. Aku jengah dengan keadaan seperti ini. Berlari, terus berlari dari kenyataan adalah hal yang naif tapi indah.
Ingin buta mata dari penglihatan yang menyakitkan itu. Ada sebuah nama yang mulai ku benci. -Jangan, jangan sampai kau membencinya, cukup diabaikan saja-. Entahlah, keadaan telah menuntutku untuk belajar membenci.
Ingin tuli dari pendengaran yang merisakukan itu. Ada sebuah cerita yang telah ku tahu dan mulai benci juga. Entahlah, lagi-lagi aku belajar membenci.
Ingin menutup hati ini dari semua sedih yang membahana, menggenggam risau yang menghantui. Semua membuatku khilaf. Hilang arah dan terpuruk di sisi tabu.
Bolehkah aku membenci? Ketika keadaan menuntuku untuk membenci. Bolehkah? Ya Rabbi.. Aku tidak ingin membenci, sama sekali tidak mau.
Biarkan aku sejenak hilang ingatan dan biarkan semuanya seperti tidak pernah terjadi. Lebih baik aku tidak tahu sama sekali. Biar lenyap, biar melebur dan terbang bersama angin. Lalu aku bangkit seolah tak pernah tahu dan tak akan pernah membenci. Rabbana.. Astagfirullah..

irdevzan, 250620111401

0 ungkapan kawan:

Posting Komentar

Hai kawan-kawan, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan berkomentar di pendopo langit ini ^_^


up