Masyarakat Indonesia Bagai Daun Kering

Daun Kering, sumber tumblr
Indonesia...

Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata "INDONESIA"? Apakah berkelebatan keindahan alamnya? Atau malah berlapis-lapis masalahnya? Atau mungkin juga teringat orang-orangnya yang lucu-lucu dan ramah seperti dalam lirik lagu Trio Kwek Kwek - Katanya?

Berbicara mengenai alam Indonesia memang tidak ada habis-habisnya. Dari Sabang sampai Merauke terbentang kemilau harta karun. Zamrud Khatulistiwa. Tapi berbicara masalahnya pun tidak pernah ada habisnya juga. Entah ini efek pemberitaan media yang terlalu mem-blow up berita-berita permasalahan di Indonesia atau memang realita yang berkembang demikian membludaknya sisi negatif bangsa ini. Kadang otak ini sudah tak cukup untuk menimbun memori mengenai berita-berita, kasus-kasus yang berkelebatan hilir mudik silih berganti di depan layar televisi, radio, mau media cetak.

Ada apa dengan Indonesia ku?

Beberapa hari yang lalu, saya teringat sebuah buku di jaman awal-awal kuliah yang diberikan oleh dosen Ilmu Sosiologi. Judulnya "Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan" oleh Koentjaraningrat. Seakan-akan kembali lagi menjelma di antara bangku-bangku kuliah saat saya kembali membuka-buka tiap halaman buku itu. Berdiskusi dengan teman seperjuangan di gedung D dahulu.

Kata Koentjaraningrat, kelemahan mentalitas Indonesia yang timbul sesudah revolusi ada 4, yaitu:
  1. Sifat mentalitas yang meremehkan mutu;
  2. Sifat mentalitas yang suka menerabas;
  3. Sifat tak percaya kepada diri sendiri;
  4. Sifat tak berdisiplin murni; dan
  5. Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. (poin ini serasa menusuk ubun-ubun saya yang sekarang sedang mengabaikan tanggung jawab di Greenlight. Afwan, hiks..)
Bagaimana menurut kalian? Setuju dengan yang disebutkan dalam poin-poin seperti di atas? Apakah iya manusia-manusia Indonesia seperti itu? Secara pribadi saya setuju dengan pendapat Koentjaraningrat. Mentalitas orang Indonesia, termasuk saya, pernah dan mungkin kadang atau malah sering meremehkan mutu, suka menerabas, tak percaya pada diri sendiri, tak berdisiplin, dan suka mengabaikan tanggung jawab pokok.

Setelah membaca buku itu, saya mendadak teringat suatu permasalah yang lain. Beberapa bulan terakhir ini, di beberapa wilayah di Indonesia sering kali terjadi kerusuhan. Entah itu bentrokan antar-pelajar, antar-warga, antar-suku, antar-umat beragama, antar-suporter dan kerusuhan-kerusuhan yang entah dipicu oleh hal apa dan menyebabkan banyaknya korban berjatuhan. Sungguh sebuah ironi dalam elegi. Coba saja kita ingat beberapa tahun ke belakang, ada sebuah kerusuhan antar-suku, yang kita kenal dengan Kerusuhan Sampit. Membaca dan melihat beritanya saja saya sudah ngeri. Nyawa, darah dan tubuh manusia bagaikan sesuatu yang tak berarti. Kepala-kepala bertebaran di mana-mana. Sungguh sesuatu yang sangat menakutkan bagi saya. Kejadian ini dipicu oleh kesenjangan sosial antara Suku Dayak dan Madura yang ada di sana. Ironis bukan?
 
Kerusuhan (Sumber: Google)
Dimana lagi kata "ramah" yang selama ini disandang oleh orang Indonesia? Jika mengacu pada kejadian baru-baru ini, kita tahu ada kerusuhan antar-pelajar di Jakarta, bayangkan generasi bahan bakar pembangunan bangsanya saja seperti ini. Apa kata dunia? Sedikit tersulut oleh beberapa hal yang belum tentu kepastiannya, sering kali orang Indonesia langsung berbondong-bondong sigap untuk saling membawa parang dan senjata tajam serta tumpul lainnya. Siap untuk saling berkelahi dengan saudaranya sendiri. Siap menjadi pahlawan bagi kelompoknya dan menjadi lawan bagi saudaranya. Bukankah kita sesama orang Indonesia itu bersaudara? Meskipun ada ego antar-manusia, tapi damai itu lebih indah.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujuraat : ayat 13)
Pernahkah kalian merasa senang saat menolong orang dan tiba-tiba orang tersebut bilang: "terima kasih". Meskipun hanya sebuah kata, tapi hati kita menjadi berbinar-binar kan? Tapi jika kita membacok orang apakah orang tersebut bilang: "terima kasih"? Kerusuhan pun terjadi bukan hanya di dunia yang kita sapa secara nyata. Dalam dunia internet pun terkadang ego untuk saling menjatuhkan bahkan saling menebar pendapat pedas yang mematikan itu terjadi.

Mentalitas orang Indonesia yang senang akan keributan, kerusuhan, bentrokan, saling mencaci-maki, saling menjelekkan dan beberapa perilaku serupa ini sudah menjadi sesuatu hal kejam dan mulai mengikis budaya kita yang katanya tenggang rasa, gemah ripah loh jinawi. Terkadang rindu akan semua itu. Rindu rasa aman, rindu rasa damai sesama, damai hati dan jiwa.

Apakah orang Indonesia seperti daun kering?
Menurut saya: "Daun kering itu banyak, bertebaran, tapi mudah dikumpulkan, mudah pula disulut oleh percikan api, serta mudah dipisahkan kembali ketika angin kencang berhembus yang lama kelamaan akan terbang entah kemana."

Apakah kita, sebagai orang Indonesia mau disamakan dengan daun kering? Tentunya tidak. Jadi bagaimana mengubah perilaku ini? Menurut saya kita harus memperbaiki diri seperi Aa Gym serukan. 3 M (Mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang). Mulai merubah sikap diri sendiri, kemudian rubah kebiasaan pendidikan dini di dalam keluarga. Jika kita sudah dididik dalam lingkungan yang saling menghargai sesama mahluk Allah SWT. Niscaya kita akan menghargai darah, nyawa, serta tubuh manusia. Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin. Bagaimana solusi menurut kawan-kawan semua? Saya rasa kalian punya pendapat sendiri yang indah. Coba share di sini.
 
DAMAI ITU INDAH... Happy Thursday Fellas :)

24 komentar:

  1. Wah bener yah.orang-orang yang suka demo itu emang lebih mirip daun kering mbak irma.
    Filosofi yang manis sekali tentang daun kering :)

    Belum lagi hakim yang baru saya liat di tivi tadi siang.
    Dia lalai sepertinya memegang tanggung jawabnya sebagai hakim
    Seorang bupati #kalau gak salah ingat
    tidak jadi dipenjara ! padahal jelas-jelas tuh bupati terlibat 4 kasus korupsi menurut hasil penyelidikan !
    ckkckckc

    BalasHapus
  2. mental.. ya lagi2 mental yang berpengaruh.. tidak ada lagi kepercayaan diri.. dan jika harus kutambahkan, "rasa malu" sudah hilang dari masyarakat kita...

    BalasHapus
  3. Koentjoroningrat nih kayaknya bapak sosiologi ya sering banget namanya disebut :P

    daun kering juga rapuh diinjak langsung bertebaran dan daun kering tandanya sudah tidak produktif sehingga akhirnya tertarik gravitasi menyatu bersama cacing :(

    bener-bener sudah degradasi moral dan mental ya teh :( orang-orang sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dan pemerintah seolah kehilangan postur dihadapan masyarakatnya, semoga kita bisa mengembalikan citra politik dan pemerintahan yang sehat ya, aamiin.

    BalasHapus
  4. hmmmm, itulah...
    karena waktu terus bergulir, maka Indonesia pun juga ikut bergulir mengikuti jamannya. Kalo jaman dulu, Indonesia adalah negara dengan orang-orang ramah serta suka bungkam dan memendam perasaan, seiring berjalannya waktu dan sekarang jamannya Demokrasi, maka orang-orang Indonesia juga berubah. Dengan mengatasnamakan Demokrasi Bebas bicara, mereka jadi Bicara Bebas tanpa batas. ya gitu deh, jadinya amblassss...

    "Sekali Bebas, Bebas Sekali!!!!" itu semboyan mereka kali ye.... hehe

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. itulah indonesia ku, indonesia kita semua...!

    jadi ingat beberapa artikel'ku dulu2 ttg negeri kita ini dan semua persoalan tetekbengeknya.

    diantaranya::

    indonesia, surga yang hilang

    catatan si miskin made in indoneisa

    kemiskinan dan 10 tahun reformasi

    anarkisme supporter sepak bola indonesia

    dll sebagainya


    sekali lagi inilah indonesiaku, indonesia kita semua. hehehe..

    BalasHapus
  7. iya ada apa dengan indonesiaku
    sepakat bung sama pemikiran anda diatas|sperti daun kering

    kapankah kita bisa bangkit dari kepurukan ini

    Hanya engkau Allah tahu maha segalannya

    BalasHapus
  8. Mungkin masyarakat kita harus banyak belajar tentang dirinya sendiri ya,

    jangan melihat negeri orang itu bagaiman, negri sendiri aja kayak susah untuk menempatkannya dalam hati...

    lebih cinta durian monthong daripada durain ngantang-malang

    BalasHapus
  9. -anak SMP dan SMA tawuran

    -Mahasiswa tawuran juga??? Masya Allah...

    -antar desa antar kampung tawuran, sama2 miskin sama2 susah saling bacok saling bunuh

    -politisi tawuran?? klo yang satu ini mereka saling bacok saling bunuh pun i dun give a damn at all

    Sadarkah kita, orang2 "besar" yg punya kekuasaan diatas sana mencekik kita sambil membisikan suara panasnya "hey rakyat bodoh dan jelata, cekiklah sesama kalian"

    Kebodohan,kemiskinan dan kebencian adalah amunisi mereka...

    BalasHapus
  10. Memang begitulah adanya bangsa Indonesia ini..semoga nanti Indonesia tercinta ku akan lebig baik ke depannya dalam segala hal aamiin...
    Pemimpin yang mau memperhatikan rakyatnya, rakyat yang patuh terhadap pemimpinnya...
    Sebuah impian untuk Indonesiaku Tercinta..
    Follow sini sahabat

    BalasHapus
  11. Satu lagi yang kurang adalah moral & nilai kejujuran di para pejabat kita sehingga melahirkan generasi korup di setiap lapisan dari bawah sampai atas karena mereka memberikan contoh yang tidak baik untuk orang dibawahnya

    BalasHapus
  12. Apa pun negara ini...ini adalah negara kita berada dan dilahirkan...
    Hanya bisa berdoa semoga Allha jadikan negeri ini negeri yang makmur dan damai aamiin.
    Nailah ikut gabung di blog ini kawan

    BalasHapus
  13. Ada yang beranggapan semua kejadian (keributan) di Indonesia ini sudah diatur, diskenario oleh orang berkuasa di dunia. Entahlah... :D

    BalasHapus
  14. Sepakat dengan pilosofi "daun kering"..

    Pray for indonesia..

    BalasHapus
  15. jadi mrinding...

    spertinya berita2 yg ad di media itu serupa ritme yg mengalir. Jika tidak membahas kasus korupsi, bencana, aksi teror, pencaplokan. Hilir mudik berulang-ulang.

    Semoga cepatlah berakhir semuanya dan berganti dengan ritme yg menenangkan jiwa. aamiin...

    BalasHapus
  16. Ya karena kondisi alam Indonesia yang serba berkecukupan, segala ada, menjadikan manusia Indonesia yang serba tidak mau susah. Masyarakat Indonesia sudah dimanjakan dengan keadaan alam yang serba ada dan mudah

    BalasHapus
  17. yang soal berdisiplin itu benr lagi... bangsa ini masih kurang soal disiplin. :)

    BalasHapus
  18. inilah yang jadi pe-er kita semua...
    dimedia banyak orang berceloteh macam2 hanya sebatas wacana, belum menyentuh pada substansinya.
    sikap moderat menjadi barang yang langka di negeri ini, banyak orang berakal hanya untuk akal-akalan dan mengakali sesama.
    jiwa2 sekuler makin mewarnai bangsa indonesia, agama hanya sebatas formalitas belaka
    demokrasi yg dipakai tidak lebih buruk dari hukum rimba, yang punya power itulah dianggab kebenaran...

    tapi biarlah semua jadi pelajaran berharga
    hal2 yang harus diperhatikan adalah setiap langkah harus tau dulu apa tujuannya, untuk apa kita melakukan, untuk siapa kita melakukan, serta apa manfaat dan mudharatnya dari yang kita lakukan...?!
    jika beberapa hal tsb kita tempatkan pada posisi yg benar dan tepat...insya Allah tidak ada kesia-siaan...

    BalasHapus
  19. Semoga nanti indonesia akan bangkit dan lebih baik kedepannya...karena di sanalah kelak anak-anak kita akah hidup...
    Follow sini sob

    BalasHapus
  20. Tapi saya yakin di Indonesia ini masih banyak juga orang2 yang berkualitas yang tetap bersemangat memajukan bangsa dan negara. amin.

    BalasHapus
  21. Demo ialah perjuangan dari aspirasi mahasiswa, beda dengan kerusuhan yang tergantung dari beberapa alasan. ane pesimis sob apakah di tahun tahun berikutnya masih ada Indonesia??

    BalasHapus
  22. Makasi semuanya sudah memberikan pendapat masing2, saya senang sekali.
    Inilah Indonesia yang kita cinta. Aku bangga jadi anak Indonesia, ayo damai ^_^

    BalasHapus
  23. Negara kita belum revolusi loh, baru reformasi

    BalasHapus

Hai kawan-kawan, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan berkomentar di pendopo langit ini ^_^


up