|
Doger Monyet Islami (sumber: dok. pribadi) |
Bismillahirrahmanirrahiim..
Ada yang tahu doger monyet? Itu loh sebuah aktraksi monyet yang dipadu-padankan dengan tabuhan yang riuh rendah serta berbagai tingkah lucu, menggemaskan –mungkin ada yang merasa mengerikan, lebih tepatnya- dan brutal dari monyet yang diperintahkan oleh sang majikan.
Di sepanjang jalan menuju Tanjung Sari, Kabupaten Sumedang, berjajar para tukang doger monyet. Mungkin tiap 100 meter ada seekor monyet sedang mengais rezeki. Ada monyet yang mungil, besar, bahkan mungkin ada yang masih kanak-kanak maupun lanjut usia. Dan pemandangan yang tidak aneh pula bagi kalian yang sering lewat perempatan Buah Batu, di sana sering ada tabuhan doger monyet yang khas di antara padatnya traffic jam.
Kemarin pagi, tiba-tiba saja di depan rumah ada ribut-ribut, riuh sekali dengan tabuhan khas yang mengecup telinga dengan kasarnya. Ternyata ada atraksi doger monyet. Sontak saya pun berlari keluar, bagai anak kecil yang mengendap-ngendap dan penasaran melihat doger monyet dari lantai atas rumah. Ketawa renyah dan gurih dibuatnya. Entah, kocak saja melihatnya.
Pertama, sang monyet diberikan sajadah, kemudian ia sholat. Saya pikir mungkin dia sedang sholat dhuha. Ya ampun, ada-ada saja. Kemudian ia diberikan kursi, lalu monyet itu duduk ongkang kaki dengan memakai kaca mata dan memegang HP layak eksekutif muda. Ya ampun, terpingkal saya dibuatnya. Kebetulan rombongan doger monyet itu ada 4 orang dan 1 monyet yang terdiri dari; 2 orang penabuh; 1 orang pawang; 1 orang yang berkeliling meminta sedikit belas kasihan dengan recehan.
Kemudian sang pawang memberikan monyet itu sepeda kecil. Ditariklah sepeda itu sampai “tanjakan” (kebetulan rumah saya berada di areal tanjakan) kemudian setelah sampai dipuncak, sang pawang melepaskan tali yang ia pegang di leher monyet. Swiiiiing, meluncurlah dengan kecepatan 40 km/jam dari atas tanjakan sampai bawah kemudian digowes sampai warung di ujung jalan. Layaknya atlet Olimpiade sepeda. Anak-anak dan ibu-ibu yang melihat pertunjukan pun sorak sorai. Saya lantas tertawa tanpa henti seraya berdecak kagum. Hebat, Nyet!
Ini adalah hiburan, hiburan rakyat biasa seperti kami. Bisa dibilang ini merupakan bentuk “ngamen” atau mini sirkus hewan keliling dalam bentuk simply perform. Terkadang, saya berpikir “Dapat berapa ya sekali ngamen doger monyet?”. Dengan 5 personil (4 orang dan 1 monyet) apakah cukup untuk dijadikan sebuah mata pencaharian? Tentu saja tidak, namun himpitan ekonomi dan kerasnya dunia zaman sekarang apapun pasti dilakukan asal halal dan tidak mengemis dengan cuma-cuma.
Selain itu, saya selalu berpikir dan merasa kasihan terhadap monyet-monyet tersebut. Apakah penghidupan mereka layak? Diberi makan apa mereka? Ditempatkan dimana mereka? Sebenarnya mereka mahluk bebas, tanpa dijejali fasilitas seperti manusia pun mereka bisa tetap hidup, namun saat mereka berada di lingkungan manusia mau tidak mau naluri hewani mereka perlahan-lahan terkikis dan bergantung pada manusia yang memeliharanya.
Jika kita menilik Kebun Binatang, sudah barang tentu jaminan pemeliharaan yang baik terhadap hewan-hewan yang ada di sana harus diperhatikan. Namun, ini doger monyet loh, mini sirkus, mini perform. Kondisi monyet bahkan pawangnya sekilas saja sudah memprihatinkan. Semacam eksploitasi terhadap hewan namanya. Kasihan monyet-monyet itu. Ya, diantara gelak tawa dan riuh rendah suara kagum kita ada jerit hewan-hewan yang menginginkan kebebasan. Menginginkan mereka bisa menjadi hewan layaknya di hutan belantara. Tanpa polusi manusia.
Pada akhirnya, semoga lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang perlindungan hewan-hewan maupun pelestarian alam bisa lebih concern terhadap hal seperti ini. Di samping menyelamatkan ikan hiu dari kepunahan dan pemangsaan manusia, tidak ada salahnya mengkaji ulang para awak doger monyet ini. Kalau bisa mungkin disediakan suatu perkumpulan para doger monyet mungkin, yang tiap bulannya dievaluasi dan diberikan pendidikan merawat hewan-hewan itu. Jadinya seperti win-win solution. Tanpa harus ada yang merasa terampas mata pencahariannya dan tanpa ada yang harus terampas kebebasan hewani-nya juga hiburan rakyat murah meriah tetap ada dengan tidak melalaikan norma-norma kehewanan.
Merdeka! Salam doger :)
Penasaran ->